Metrosulbar, Makassar – Mahasiswa Tim 4 dari program BKP Asistensi Mengajar Universitas Negeri Makassar (UNM) Prodi Psikologi mengadakan kegiatan psikoedukasi bertema bullying di SDIT Darul Fikri Makassar. Kegiatan ini mengusung slogan “Bersama dalam Kebaikan, Berteman dengan Kasih Sayang” sebagai bentuk upaya pencegahan dini dan peningkatan pengetahuan murid mengenai bullying.
Psikoedukasi dilaksanakan selama empat pertemuan yang menyasar murid kelas tinggi, yaitu kelas IV, V, dan VI SDIT Darul Fikri Makassar dengan rentang usia 9 hingga 12 tahun. Kegiatan dimulai pada hari Selasa, 15 April 2025 di kelas V Akhwat yang diikuti oleh 18 murid, kemudian dilanjutkan pada hari Rabu, 16 April 2025 di kelas V Ikhwan dengan 15 murid. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa, 22 April 2025 di kelas IV dengan 19 murid, dan terakhir pada hari Jumat, 2 Mei 2025 di kelas VI yang dihadiri oleh 15 murid. Total keseluruhan partisipan terdiri dari 28 murid perempuan dan 39 murid laki-laki. Kegiatan ini dilaksanakan langsung di kelas masing-masing.
Tim 4 BKP Asistensi Megajar SDIT Darul Fikri ini terdiri dari tiga mahasiswa Psikologi UNM, yaitu Waode Ulfayati Putri, Tasliyah Dinda Puspita, dan Qanitah Salsabila.
Dalam wawancara, Waode Ulfayati Putri atau yang akrab disapa Putri menjelaskan bahwa tujuan utama dari kegiatan psikoedukasi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman murid mengenai bullying, termasuk jenis-jenis bullying, dampak yang ditimbulkan, dan cara pencegahannya.
“Diharapkan murid sekolah dasar dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang definisi bullying, termasuk jenisnya, dan dampak negatif yang ditimbulkan, baik bagi pelaku maupun korban. Kegiatan ini akan membantu murid mengenali perilaku bullying dan memahami pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua murid. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan toleransi, empati, serta membangun hubungan sosial yang sehat. Pelaksanaan psikoedukasi ini juga sebagai pencegahan sejak dini untuk murid agar menghindari perilaku bullying,” ujar Putri.
Sementara itu, Qanitah Salsabila menambahkan bahwa sebelum pelaksanaan psikoedukasi, tim 4 BKP Asistensi Mengajar SDIT Darul Fikri telah melakukan asesmen awal melalui wawancara, observasi, dan pemberian kuisioner kepada murid dan pihak sekolah.
“Kami juga melakukan terlebih dahulu asesmen awal yang dilakukan melalui wawancara bersama kepala sekolah, guru kemuridan, dan guru mata pelajaran untuk memperoleh gambaran umum mengenai kondisi murid. Setelah wawancara kami melakukan observasi langsung di kelas IV, V, dan VI sebagai bentuk penguatan data dari hasil wawancara. Kami tidak lupa memberikan kuesioner sebagai pre-test sederhana kepada murid kelas IV, V, dan VI yang berisi pertanyaan seputar topik bullying. Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengukur tingkat pemahaman awal murid mengenai bullying, termasuk dampak dan upaya pencegahannya. Hasil pre-test menunjukkan bahwa sebagian besar murid masih memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai bullying. Oleh karena itu, program psikoedukasi dirancang sebagai intervensi edukatif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran murid terhadap isu tersebut sebagai upaya pencegahan sejak dini,” ujar Qanitah.
Tasliyah Dinda Puspita, atau Dinda, juga menjelaskan bahwa pendekatan interaktif dan menyenangkan menjadi kunci keberhasilan kegiatan ini.
“Metode pemberian psikoedukasi yang kami gunakan mencakup pembelajaran visual dengan tampilan menarik, diskusi interaktif, latihan rantai afirmasi positif antar teman sebaya, serta permainan kelompok untuk mempererat hubungan sosial murid. Kami juga menyisipkan ice breaking bertema anti-bullying yang efektif menciptakan suasana yang menyenangkan. Pada tahap evaluasi, kami melakukan post-test melalui kuis interaktif menggunakan platform Wordwall yang menarik perhatian, sehingga murid sangat antusias saat menjawab kuis tersebut. Dengan demikian, psikoedukasi tidak hanya meningkatkan pengetahuan murid tentang bullying, tetapi juga berkontribusi dalam mencegah perilaku bullying sejak dini serta menjaga hubungan pertemanan yang positif dan suportif,” ujar Dinda.
Dalam pelaksanaan psikoedukasi, Waode Ulfayati Putri mengatakan bahwa pelaksanaan psikoedukasi yang dilakukan melibatkan berbagai pihak seperti murid kelas IV, V, dan VI SDIT Darul Fikri, kepala sekolah, guru kemuridan, wali kelas, serta Koordinator Bimbingan Konseling SIT Darul Fikri.
“Adapun yang terlibat dalam kegiatan tersebut adalah murid kelas IV, V, dan VI serta kepala sekolah (ustadzah Sriwahyuni), guru kemuridan (ustadz Aldi), wali kelas IV, V, dan VI SDIT Darul Fikri, dan Koordinator BK SIT Darul Fikri (ustadzah Deva). Kami dari Tim 4 BKP Asistensi Mengajar UNM prodi Psikologi yang ditempatkan di SDIT Darul Fikri sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat. Terutama kepada kepala sekolah (ustadzah Sriwahyuni) dan guru kemuridan (ustadz Aldi) yang telah memberikan kami kesempatan dan kepercayaan untuk melaksanakan psikoedukasi ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada wali kelas IV, V, dan VI yang telah meminjamkan ruangan kelas untuk pelaksanaan kegiatan serta melibatkan murid-muridnya. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Koordinator BK (ustadzah Deva) yang telah membimbing kami dalam menyusun materi dan memilih media pembelajaran yang sesuai untuk murid,” tutur Putri.
Qanitah Salsabila juga menjelaskan terkait isi power point yang dirancang semenarik mungkin dengan menggunakan kata-kata sederhana agar mudah dipahami oleh murid. Ia juga menyampaikan bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar dan disambut baik oleh para murid.
“Kami menyampaikan materi dalam bentuk powerpoint yang dirancang secara menarik agar murid mudah memahami isinya. Slide hanya memuat poin-poin utama dengan kata-kata sederhana dan lebih mengutamakan interaksi lisan guna menciptakan suasana yang komunikatif. Semua sesi berlangsung kondusif dan lancar serta murid sangat antusias mendapatkan pengetahuan baru terkait bullying” jelas Qanitah.
Sebagai penutup, Tasliyah Dinda Puspita menyampaikan harapannya agar program psikoedukasi seperti ini dapat terus dikembangkan dan diterapkan secara lebih luas di berbagai jenjang pendidikan.
“Harapannya, kegiatan seperti ini dapat diterapkan di seluruh jenjang pendidikan, tidak terbatas hanya pada tingkat sekolah dasar. Saat ini, perilaku bullying semakin sering terjadi dan sering kali dianggap sebagai hal yang biasa di kalangan murid. Padahal, dampaknya sangat serius bagi kesehatan mental dan emosional mereka. Melalui psikoedukasi, kami ingin menanamkan pemahaman dan kepedulian sejak dini agar para murid mampu membangun lingkungan pertemanan yang sehat, penuh kasih sayang, saling menghargai dan saling mendukung. Kami berharap setiap murid dapat tumbuh dengan nilai-nilai positif yang tercermin dalam slogan kami: ‘Bersama dalam Kebaikan, Berteman dengan Kasih Sayang’,” tutup Dinda.