Penulis : FRI HERLINA,SE.
Editor : LAODE M.
Metrosulbar.com – Jakarta – Pameran seni karya narapidana “NAPI Craft” kembali digelar untuk yang ketujuh kalinya di Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta pada 31 Agustus – 7 November 2018. Mengusung tema “HOPE”, acara ini merupakan kerja sama antara Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan Second Chance Foundation, yayasan yang bergerak dalam pendampingan pembinaan narapidana.
Berbagai karya narapidana yang dipamerkan dalam acara tersebut antara lain rajutan, scan art, lukisan piring, sulam pita, olahan lintingan koran, boneka, batik, lukisan, Al-Qur’an raksasa, kaligrafi, robot korek api, meja catur batok kelapa, serta berbagai produk kreatif lainnya. Tidak hanya itu, berbagai demo pembuatan produk kreatif serta berbagai pertunjukan seni oleh narapidana akan meramaikan pameran setiap harinya.
Sebelum diselenggarakan di Museum Seni Rupa dan Keramik yang terletak di kawasan Kota Tua Jakarta, NAPI Craft telah diselenggarakan di berbagai tempat antara lain Gedung The East, Grand Indonesia Shopping Mall dan Jakarta Convention Center Hall Senayan.
Saat membuka pameran, Menteri Hukum dan HAM RI, Yasonna H. Laoly, yang diwakili oleh Dirjen Lapas Sri Puguh Budi Utami mengungkapkan kebanggaannya atas terselenggaranya pameran Napi Craft. Terlebih, sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2012, NAPI Craft telah berhasil meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap isu pemasyarakatan.
“Saya berharap dengan adanya pameran ini para narapidana bisa terus mengembangkan kreativitas dan minatnya atas kesenian sehingga walaupun mereka berada di tempat yang terbatas, namun kreativitas mereka tidak terbatas,” harapnya.
Direktur Jenderal Lapas, Sri Puguh Budi Utami, juga mengungkapkan harapannya atas terselenggaranya NAPI Craft 2018.
“Melalui Napi Craft, kami berharap kegiatan kerja narapidana tidak hanya sebagai pengisi waktu selama berada di lapas/rutan, tapi juga sebagai modal keterampilan dan mendorong ekonomi kreatif. Apalagi karya yang dihasilkan bernilai jual tinggi dan berkualitas internasional,” ungkap Utami.
Sementara itu, ketua dan pendiri Second Chance Foundation, Evy Amir Syamsudin, memberikan pujian terhadap hasil karya para narapidana.
“Hal yang menjadi nilai positif dari produk narapidana adalah dengan segala keterbatasan fasilitas yang ada, mereka mampu menghasilkan produk dengan kualitas yang sangat baik,” pujinya.
Evy juga mengungkapkan harapannya : “Agar melalui acara tersebut masyarakat lebih memahami perasaan dan harapan narapidana di balik jeruji besi. Selain itu juga mengajak masyarakat untuk peduli dan bersama-sama mewujudkan kesempatan kedua bagi narapidana yang mau berubah,” pungkasnya. (fri)