Metrosulbar.com — Tuban — Perjalanan karir Darwin Tangkalalo di dunia perminyakan telah dilewati dari jenjang bawah sejak mengikuti program Bimbingan Profesi Sarjana Teknik di Pertamina, pada 1991 di Lapangan Pangkalansusu, Sumatera Utara.
Dari situ, titian anak tangga ia tapaki satu demi satu, hingga kini Darwin mencapai General Manager PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Tuban East Java dan PHE Randugunting yang dijabatnya sejak 2018.
Sebagai seorang profesional, Darwin sudah dapat mengetahui apa yang harus diperbuat, dengan amanah dan tanggung jawab penuh. Karena itu, setiap jabatan yang ia emban, Darwin selalu pegang teguh baik sewaktu masih bekerja di perusahaan luar negeri maupun kini di Pertamina, — salah satu BUMN yang paling banyak mendatangkan profit buat negara.
Dengan latar belakang pendidikan S1 Geologi di Universitas Hasanuddin, dan S2 Geofisika di Universitas Indonesia berikut berbagai pelatihan antara lain Integrated G & G Application Workshop, Houston – USA dan Stimulation & Cementing Tachnologi Workshop, Bangkok, Darwin sarat pengalaman pada seluruh kegiatan hulu migas mulai dari eksplorasi, pengembangan, operasi pengeboran hingga blockabandonment/relinquishment serta terlibat dalam kegiatan portofolio hulu migas aset-aset Pertamina di dalam dan luar negeri.
Darwin bukan tipe yang melulu duduk di belakang meja, akan tetapi kerap turun ke lapangan menyapa anak buahnya. Mengawasinya bekerja, mengajaknya mengobrol, dan piawai mengurai apabila melihat unit kerja yang macet. Spesifikasi tugas apapun yang diserahi pada dirinya, ia tangani dengan hasil yang memuaskan.
Tak heran, jika pria kelahiran Raha, 16 Agustus 1964 ini, merupakan perintis secondee Pertamina yang pertama kali memimpin PSC di luar negeri sebagai General Manager PCPP OC Sdn. Bhd., Operator Block SK-305 Malaysia Offshore, joint venture dari tiga National Oil Company yaitu Petronas Carigali Sdn. Bhd., PHE dan Petro Vietnam EP selama kurun 2015-2018 untuk melakukan Decommissionings umur dan fasilitas produksi Block SK-305.
Tak kalah penting, Darwin juga adalah the first full-fledged rig to reef Decommissioning di Asia Pasifik sehingga menjadi rujukan bagi MPM Petronas sebagai otoritas migas Malaysia untuk menyusun regulasi dan prosedur Decommissioning di negara jiran tersebut.
Tak ayal, Darwin digolongkan sebagai pejabat Pertamina yang mumpuni dengan kompetensi yang tinggi. Ibaratnya dalam kemiliteran, ia pasukan elite di Kopassus yang selalu siaga diterjunkan dalam medan dan laga apa saja. Siap diberi amanah yang lebih menantang dengan tingkat kesulitan tinggi.
Hal itu ia buktikan ketika sukses melakukan alihkelola Blok Tuban pascaterminasi JOB PPEJ pada 19 Mei 2018 dengan sistem bagi hasil Gross Split dan PHE Randugunting dengan sistem bagi hasil Cost Recovery.
Seain itu, Darwin juga berhasil mendapatkan persetujuan POD-I (Plan Of Development) Lapangan Randugunting dari Menteri ESDM. Dengan persetujuan ini, PHE mendapatkan konsesi blok Randugunting selama 20 tahun kedepan yang akan inline dengan program Randugunting Emas untuk eksplorasi dan pengembangan Blok Randugunting.
“Kami bisa menghidupkan industri di sekitar daerah operasi dan memberikan efek domino terhadap pembangunan dan perekonomian masyarakat dan pemerintah melalui peningkatan pendapatan asli daerah,” kata Darwin seraya menambahkan bahwa PHE juga mampu mengaktifkan kembali sumur temuan eksplorasi Sumber-1A yang telah disuspend selama 6 tahun.
Di luar kesibukannya sebagai profesional di Pertamina, Darwin adalah seorang ayah dari tiga anak yang mencintai keluarga. Demikian pula kehidupan religiusnya terawat antara lain dengan puasa Senin Kamis, melengkapi ibadah-ibadah lainnya, selain tentu merawat hubungan sosialnya dengan sesama. Sesekali ia meluangkan waktu untuk menyalurkan hobinya bermain musik sebagai drumer. Demikian perbincangannya bersama awak media di rumahnya kompleks Pertamina Tuban, Selasa, (17/09/2019).
Penulis :(fri/Metrosulbar/Jakarta)