Pasalnya , gempa tersebut mulai pertama yang terjadi dua hari yang lalu, seharusnya tidak lagi menimbulkan gempa yang berkekuatan lebih besar dari gempa sebelumnya.
“Data historis, Kalau memang begitu seharusnya kejadian alam tersebut semakin lama semakin mengalami menurunan. Sebab gempa tersebut mengalami proses untuk menuju kestabilan. Cuma ini memang seperti halnya gempa yang terjadi di Lombok Timur dan Kota Palu.
“Gempanya menurun, menurun, tiba-tiba timbul Gonjangan yang besar,” kata Prakirawan BMKG Majene.
Namun hal tersebut dikatakan mungkin perlu diadakan penelitian lebih yang lanjut. Kenapa bisa seperti itu. Harus diteliti ulang karena data dari tahun ke tahun, gempa selalu menunjukkan penurunan. Lebih jauh dia menyampaikan bahwa Kabupaten Mamasa memiliki rongga di bawah tanah yang sama dengan Daerah Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Yang menyebabkan menyebabkan munculnya likuifaksi dibawah tanah.
“Di Mamasa ada semacam rongga di bawah tanah. Sama dengan Petobo, Kota Palu sehingga terjadi likuifaksi. Sehingga perlu penelitian. Makanya kami (BMKG), pemerintah pusat, dengan pemerintah daerah BPBD, geologi sedang membuat peta masalah gempa,” jelasnya.
Sementara untuk dampak kerusakan atas gempa 5,5 magnitude, ia menyampaikan tergantung terhadap kondisi wilayah tersebut. “seharusnya diteliti lagi seberapa kuat pergerakan tanah,sebab tiap-tiap tempat itu berbeda kontruksi tanahnya.”Jelasnya.