METROSULBAR-Salah seorang turis manca Negara berkunjung Dikabupaten Mamasa yang bernama Mr. Christian Mathez ,ia adalah salah seorang pencinta air terjun dunia, ketika bersama penulis artikel ini, pada bulan Agustus 1975. Setibanya di air terjun Sambabo, ia tanpa sadar berteriak “PARADISE EDEN INDONESIA ! ! !” maksunya “kutemukan Firdaus Edennya Indonesia ! ! !”.

Kami merayap mulai dari pinggir sungai Mambie masuk menelusuri sungai Sambabo, pada saat itu belum ada jalan setapak-tetap yang dijalani tetapi sungai yang ditelusuri agar tidak tersesat silang menyilang menyeberangi lebih dari 10 kali.
Mulai saat itu, saya menyebarluaskan informasi air terjun Sambabo kepada Biro Perjalanan Umum (Tour Operator) dalam dan luar negeri, sebagai salah satu daya tarik wisata alam statis yang unik di pulau Sulawesi sebagaimana kesan turis Perancis tersebut.

Begitu susahnya promosi pariwisata manual saat itu karena belum didukung media sosial, 10 (sepuluh) tahun kemudian yaitu tahun 1985 barulah wisatawan asing petualang yang senang jalan kaki mulai berkunjung ke air terjun Sambabo. Dari kesan mereka kemudian ditulis dalam buku-buku pariwisata dunia, sehingga mulai tahun 1985 barulah banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke air terjun Sambabo ditangani dan dirintis Biro Perjalanan Wisata Ramayana Satrya International Tours & Travel terbesar Kawasan Timur Indonesia saat itu yang berpusat di Makassar pimpinan Alm. Nico B. Pasaka (sebagai Managing Director perusahaan), penulis dipercayakan sebagai Tour Manager yang menangani promosi dalam dan luar negeri serta penanganan perjalanan wisatawan, disitulah air terjun Sambabo khususnya dan Mamasa pada umumnya diselipkan masuk promosi pariwisara nasional dan internasional sampai ke sejumlah sumber wisatawan duni di Eropa. BPW Ramayana Satrya International Tours & Travel memiliki sejumlah perwakilan di luar negeri. Selain Ramayana Satrya International Tours & Travel, sejumlah tour operator lain mempromosikannya, sehingga setiap bulan ada beberapa kunjungan wisata ke air terjun Sambabo yang terletak di Desa Ulumambi Kabupaten Polewali Mamasa saat itu (belum terbentuk Kabupaten Mamasa dan Propinsi Sulawesi Barat). Yang paling dikagumi turis dalam perjalanan wisata Bambam adalah pisang dan buah-buahan lainnya dijual tanpa penjaga di pinggir jalan. Pajangan pisang anak-anak penggembala kerbau yang malu-malu berhadapan langsung pembeli, mereka itu intip dari jauh sambil menjaga kerbau. Cukup digantung sebagai contoh harga misalnya Rp. 5.000/sisir pisang, uang pasnya dimasukkan ke dalam bambu dekat jualan dan ambil barangnya. Mereka yakin bahwa orang yang mencuri makanan akan bengkak perutnya sampai mati diukutuk dewa. Turis kagum kejujuran orang Bambam, tidak tercuri barang jualan dan uangnya.
Turis mancanegara yang sudah berkunjung ke air terjun Sambabo berkebangsaan : Perancis, Jerman, Belanda, Switzerland, Australia, Jepang, Selandia Baru, termasuk pengurus dan anggota Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Propinsi Sulawesi Selatan dipimpin Bapak Udhin Dancy sebagai ketuanya di tahun 2004.

Pramuwisata (guide) yang banyak kali mengantar wisatawan mancanegara ke air terjun Sambabo tercatat antara lain: Daniel Sarrin (guide bhs Jerman trekking tersenior Mamasa) , Muspida Mandadung, Simon Maraya (guide trekking tersenior Sulsel/pramuwisata petualang ranking pertama Sulsel tahun 1980-1990-an), Gersom Mattaba’, Yacob Parabang, Fritz Bogar, Stanislaus Heatubun, Estephanus, Muspida Mandadung, Sada’ Dualolo, Samuel Malaha, penulis sendiri dan masih ada beberapa yang saya lupa namanya, tolong yang kelupaan namanya ikut berkomentar sebagai saksi pernah antar turis ke air terjun Sambabo. Air terjun Sambabo sebagai ikonnya, didukung pemandangan alam yag sangat indah menuju dan meninggalkan air terjun Sambabo. Tarian tradisional, musik bambu, vocal group, tenunan dan anyaman tradisional, makanan khas, serta keramahan masyarakat setempat merupakan pelengkap daya tari ikon air terjun Sambabo yang dapat menjadi sumber hidup masyarajat. Termasuk menyewa kuda dan memikul barang turis saat itu dibayar, tidak gratis sebagai penghasilan jasa masyarakat.

Rute perjalanan wisata yang dirintis Biro Perjalanan Wisata Ramayana Satrya International Tours & Travel Makassar mulai tahun 1985, hari 01: dengan mobil dari Makassar didrop di Sika Kecamatan Mambi (bermalam di rumah rakyat), hari 02: jalan kaki lewat Galung – Tanete – Hante – Limba – Hantelemo (bermalam di rumah rakyat), hari 03: jalan kaki masuk air terjun Sambabo – terus ke Ulumambi (bermalam di gedung sekolah), hari 04: jalan kaki menuju Mamasa lewat hutan asli Ulumambi tembus Taupe (bermalam di penginapan Ramayana Inn), hari 05: berwisata sekitar lembah Mamasa (bermalam di penginapan Ramayana Inn atau di kampung), hari 06: jalan kaki dari Mamasa ke Timbaan (bermalam di rumah rakyat), hari 07: jalan kaki dari Timbaan – Paku (bermalam di ruah rakyat), hari 08: jalan kaki menuju Bittuang dan dijemput mobil wisata di sana lanjut ke Tana Toraja, sehingga judul wisata jalan kaki ini mulain tahun 1985 adalah “EIGHT DAYS MAMASA ADVENTURE TREKKING TOURS” artinya “DELAPAN HARI PETUALANG JALAN KAKI DI MAMASA”.
Wisatawan paling banyak dalam bentuk rombongan yang ditangani Biro Perjalanan Wisata Ramayana Satrya International Tours & Travel mulai tahun 1990-an adalah Northolm Grammar School dari benua Autralia berjumlah sekitar 15 s/d 20-an peserta setiap rombongan. Mereka terdiri dari siswa-siswi Sekolah Menengah Atas yang ingin bertualang lewat sungai dan hutan. Mereka lengkap dengan guru pembimbing dan dokter selama dalam perjalanan.

MENGAPA AIR TERJUN SAMBABO ITU UNIK ?
Letaknya tersembunyi di hutan asli, dari kejauhan nampak indah berwarna putih seakan tersenyum membelah gunung, muncul di puncak gunung batu. Tak puas hanya dipandang dari kejauhan, harus masuk ke mulut air terjun. Jalan kaki menuruni kebun, lalu menyeberangi sungai Mambi lewat titian gantung, mendaki tajam sekitar 200 meter, lalu masuk mendekat. Setibanya di sana pasti rasa capek hilang. Jangan kaget dan takut, gunung batunya tempat air terjun terpancur airnya, miring keluar seakan mau menjatuhi pengunjung. Jangan takut, fakta telah membuktikan gempa berbulan-bulan melanda Kabupaten Mamasa beberapa tahun lalu, gunung batu ini tidak goyah kokoh kuat.
Mendekat ke mulut air terjun, angin kencang mengandung titik-titik air laksana anginnya helicopter saat lepas landas, jaga badan anda dengan jacket supaya tidak masuk angin dan lindungi kamera anda supaya tidak basah saat mengambil foto/video. Tanda tingginya air terjun Sambabo lebih dari 100 meter pada tingkat terakhir, kalau dipaksa lama-lama menatap ke atas paling puncak, sakit keher rasanya. Masih ada 2 tingkat diatasnya yang tidak nampak dari bawah. Air yang sampai ke tanah akhir terjun sudah laksana uap air atau hujan karena tingginya air terjun ini.

CERITA RAKYAT TENTANG PENAMAAN AIR TERJUN SAMBABO
Berdasarkan cerita rakyat setempat bahwa air terjun Sambao menyimpan sejumlah cerita menarik, percaya atau tidak, namanya cerita rakyat.
Di belakang derasnya air terjun, terdapat gua batu yang dihuni burung raksasa, bulunya tidak tembus air. Pada musim kemarau panjang, burung ini menembusi air terjun dengan bunyi gemuruh. Jika seseorang mendengar terlebih melihat burung itu keluar dari sarangnya, akan mendapat berkat dari dewa penghuni air terjun. Orang bujang yang mendengar atau melihat burung keluar, bisa medapat jodoh; orang yang punya cita-cita bisa tercapai; pokoknya apa dambaan seseorang ketika mujur mendengar atau melihat burung ini keluar dari air terjun, pasti dambaannya tercapai.
Konon burung raksasa ini akan terbang menjelajahi kampung-kampung bahkan sampai di pantai Barat pulau Sulawesi, sehingga tempat persinggahannya di pantai antara Kecamatan Sendana – Tappalang sekitar Malunda’, ada kampung dan pantai Sambabo, distulah burung raksasa itu menikmati pantai.
Burung menjelajah dari kampung ke kampung ini ini, dalam bahasa Bambam ussambai botto atau “Samba Botto” disingkat menjadi “Sambabo” dan itulah asal nama air terjun Sambabo (Sambabotto) sampai sekarang. Dihubungkan dengan wisata, burung raksasa ini juga berwisata mengitari kampung sampai di pantai, seakan mengundang wisatawan juga berkunjung ke air terjun sarang burung raksasa berdiam dan menyimpan banyak cerita. Itu cerita masa lalu.
Air terjun Sambabo masa kini sudah dapat dijangkau dengan kendaraan sepeda motor beroda dua, sekitar 1 (satu) kilometer dari pusat air terjun Sambabo. Dari Mambi kota sejauh sekitar 9 kilometer bisa dilalui kendaraan beroda empat setengah mulus, lalu dilanjutkan dengan sepeda motor sejauh sekitar 2 kilometer lalu jalan kaki sekitar 1 (satu) kilometer mendaki sedikit tapi sedikit berat sampai ke pusat air terjun.

Redaksi = Metrosulbar Laode m

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini